[Artikel] Si 2 tahun - Toilet Training
Bagi si kecil, tak mudah mengendalikan dorongan untuk buang air. Suasana yang nyaman adalah kunci keberhasilan toilet training .
“Adik, kalau mau pipis bilang. Jangan ngompol, dong ….” Beginilah ucapan yang biasa terlontar dari orang tua. Ya, kadang-kadang si kecil terlambat melapor. Ia mengatakan “pipis” setelah air seninya keluar.
Toilet training, atau belajar buang air pada tempatnya, merupakan perkembangan yang penting, bukan hanya untuk anak tapi juga Anda. Keterampilan buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya merupakan hasil dari serangkaian kepandaian. Orang tua berperan penting dalam hal ini.
Mengendalikan refleks
Bayi mempunyai refleks yang disebut refleks gastro-colic. Sekitar dua puluh menit setelah menyusu, bayi secara refleks akan buang air besar. Refleks gastro-colic ini akan berkurang di usia setahun, sejalan dengan meningkatnya kemampuan si kecil mengendalikan keinginan buang airnya.
Tetapi, proses belajar mengendalikan refleks tersebut tidak akan berhasil sampai usia dua tahun, bila buang air merupakan kegiatan yang menakutkan. Jadi, Anda tak perlu panik dan heboh menghadapi bayi saat buang air, karena respons itu menakutkan si kecil. Sedangkan waktu anak belajar menggunakan pispot, cobalah bersabar sehingga aktivitas ini jadi hal yang menyenangkan anak.
Latihan mengendalikan
Mungkin Anda pernah mendengar cerita tentang anak usia sembilan bulan yang sukses menjalani toilet training . Tapi, ada pula yang baru berhasil ketika berusia dua tahun. Sebetulnya, kapan sih, saat yang tepat melatih hal ini? Lazimnya, anak siap menjalani toilet training saat berusia dua sampai tiga tahun. Sayangnya, pada usia ini anak justru berada pada fase membangkang.
Anak sering berkata, “ Enggak mau!” Atau kalau ditanya, “Mau pipis?” Jawabnya, “ Enggak !” Ternyata, situasi ini justru menguntungkan, karena anak sedang mengembangkan kemandiriannya. Keinginan untuk mandiri ini digunakan si kecil untuk latihan mengendalikan buang air.
Bagi sebagian besar anak, mengendalikan dorongan buang air besar terasa lebih mudah ketimbang mengendalikan dorongan buang air kecil. Kemampuan mengendalikan dorongan buang air kecil dicapai di usia 18 bulan. Sedangkan kemampuan otot untuk menahan urin di kandung kemih terus meningkat hingga usia dua-setengah sampai tiga tahun.
Kemampuan anak tidak mengompol di siang hari dicapai pada usia tiga sampai empat tahun. Sementara di malam hari, wajar jika sesekali anak masih belum mampu mengendalikan buang air. Jadi, tak perlu diolok-olok.
Dalam suasana nyaman
Santai dan menyenangkan. Inilah yang penting diingat saat melatih anak toilet training . Salah satu caranya, dengan bercerita atau membacakan cerita.
Kalau Anda melatih si kecil buang air kecil di kamar mandi, pastikan lantai dalam keadaan kering. Begitu juga kalau melatih anak buang air besar di kloset atau pispot, pastikan tepian kloset atau pispot dalam keadaan kering. Semua ini karena buang air membutuhkan konsentrasi. Lantai kamar mandi dan kloset atau pispot yang basah dan dingin bisa mengejutkan siapa pun, apalagi anak-anak.
Agar anak tidak lelah atau bosan saat buang air, biarkan dia mengubah posisi sejenak, dari duduk ke berdiri lalu duduk kembali. Memaksanya terus duduk hanya akan membuat anak frustrasi. Meski si kecil belum mau buang air, yang penting ia paham bahwa ada kaitan antara kloset dan buang air.
Immanuella F.Rachmani
Sumber : AyahBunda-Online
“Adik, kalau mau pipis bilang. Jangan ngompol, dong ….” Beginilah ucapan yang biasa terlontar dari orang tua. Ya, kadang-kadang si kecil terlambat melapor. Ia mengatakan “pipis” setelah air seninya keluar.
Toilet training, atau belajar buang air pada tempatnya, merupakan perkembangan yang penting, bukan hanya untuk anak tapi juga Anda. Keterampilan buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya merupakan hasil dari serangkaian kepandaian. Orang tua berperan penting dalam hal ini.
Mengendalikan refleks
Bayi mempunyai refleks yang disebut refleks gastro-colic. Sekitar dua puluh menit setelah menyusu, bayi secara refleks akan buang air besar. Refleks gastro-colic ini akan berkurang di usia setahun, sejalan dengan meningkatnya kemampuan si kecil mengendalikan keinginan buang airnya.
Tetapi, proses belajar mengendalikan refleks tersebut tidak akan berhasil sampai usia dua tahun, bila buang air merupakan kegiatan yang menakutkan. Jadi, Anda tak perlu panik dan heboh menghadapi bayi saat buang air, karena respons itu menakutkan si kecil. Sedangkan waktu anak belajar menggunakan pispot, cobalah bersabar sehingga aktivitas ini jadi hal yang menyenangkan anak.
Latihan mengendalikan
Mungkin Anda pernah mendengar cerita tentang anak usia sembilan bulan yang sukses menjalani toilet training . Tapi, ada pula yang baru berhasil ketika berusia dua tahun. Sebetulnya, kapan sih, saat yang tepat melatih hal ini? Lazimnya, anak siap menjalani toilet training saat berusia dua sampai tiga tahun. Sayangnya, pada usia ini anak justru berada pada fase membangkang.
Anak sering berkata, “ Enggak mau!” Atau kalau ditanya, “Mau pipis?” Jawabnya, “ Enggak !” Ternyata, situasi ini justru menguntungkan, karena anak sedang mengembangkan kemandiriannya. Keinginan untuk mandiri ini digunakan si kecil untuk latihan mengendalikan buang air.
Bagi sebagian besar anak, mengendalikan dorongan buang air besar terasa lebih mudah ketimbang mengendalikan dorongan buang air kecil. Kemampuan mengendalikan dorongan buang air kecil dicapai di usia 18 bulan. Sedangkan kemampuan otot untuk menahan urin di kandung kemih terus meningkat hingga usia dua-setengah sampai tiga tahun.
Kemampuan anak tidak mengompol di siang hari dicapai pada usia tiga sampai empat tahun. Sementara di malam hari, wajar jika sesekali anak masih belum mampu mengendalikan buang air. Jadi, tak perlu diolok-olok.
Dalam suasana nyaman
Santai dan menyenangkan. Inilah yang penting diingat saat melatih anak toilet training . Salah satu caranya, dengan bercerita atau membacakan cerita.
Kalau Anda melatih si kecil buang air kecil di kamar mandi, pastikan lantai dalam keadaan kering. Begitu juga kalau melatih anak buang air besar di kloset atau pispot, pastikan tepian kloset atau pispot dalam keadaan kering. Semua ini karena buang air membutuhkan konsentrasi. Lantai kamar mandi dan kloset atau pispot yang basah dan dingin bisa mengejutkan siapa pun, apalagi anak-anak.
Agar anak tidak lelah atau bosan saat buang air, biarkan dia mengubah posisi sejenak, dari duduk ke berdiri lalu duduk kembali. Memaksanya terus duduk hanya akan membuat anak frustrasi. Meski si kecil belum mau buang air, yang penting ia paham bahwa ada kaitan antara kloset dan buang air.
Immanuella F.Rachmani
Sumber : AyahBunda-Online
------------------------
Naufal mulai Mama kenalin ama toilet training sejak dia bisa duduk (sekitar usia 8 bulan). Mulai dari pipis, sekarang kalo pup pun pake pispot. Awalnya sich iseng-iseng, kalo Naufal dah lama gak pipis dibawalah dia ke belakang, celana dilepas dan cuuur dia pipis dech. Pertamanya kadang dia mau pipis, dan gak jarang juga dia gak mau pipis tapi pas dipakein celana, ealah pipis dech di celana. Untuk jadwalnya pup dia biasanya pagi hari pas bangun tidur. Didudukin di pispotnya sambil dikasih mainan akhirnya pup juga..... Tapi kadang dia cuman duduk sambil main trus minta berdiri, artinya dia gak kepengen pup....
Post a Comment